Perbedaan Biodiesel Additive dan Diesel Additive: Mana yang Tepat?
Dalam dunia otomotif dan industri transportasi, penggunaan bahan bakar diesel telah menjadi tulang punggung berbagai sektor penting—mulai dari kendaraan komersial, alat berat, hingga pembangkit listrik. Namun, performa bahan bakar diesel dapat ditingkatkan lebih lanjut melalui penggunaan bahan tambahan yang dikenal sebagai “fuel additives”. Dua jenis yang paling umum dan sering menimbulkan kebingungan adalah biodiesel additive dan diesel additive.
Meskipun sekilas tampak serupa karena sama-sama digunakan untuk meningkatkan performa bahan bakar, keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam fungsi, komposisi kimia, dan aplikasi. Artikel ini akan membahas secara mendalam perbedaan antara keduanya dan membantu Anda menentukan mana yang paling sesuai untuk kebutuhan Anda.
Apa Itu Diesel Additive?
Diesel additive adalah zat kimia yang ditambahkan ke bahan bakar diesel konvensional berbasis minyak bumi (petrodiesel) untuk meningkatkan kinerjanya. Penggunaannya sudah cukup umum di kendaraan diesel, terutama pada wilayah dengan kualitas bahan bakar yang bervariasi.
Beberapa fungsi utama dari diesel additive antara lain:
- Meningkatkan angka cetane (cetane number) untuk pembakaran yang lebih efisien
- Membersihkan injektor bahan bakar dari endapan karbon
- Mencegah korosi pada sistem bahan bakar
- Meningkatkan stabilitas oksidasi bahan bakar
- Mengurangi emisi asap hitam dan partikel (PM)
Contoh produk diesel additive termasuk jenis cetane improver, detergents, anti-icing agents, dan stabilizer. Produk-produk ini sangat membantu terutama dalam memperbaiki kualitas diesel rendah yang ditemukan di beberapa negara berkembang.
Apa Itu Biodiesel Additive?
Biodiesel additive, di sisi lain, diformulasikan khusus untuk biodiesel—yakni bahan bakar yang berasal dari sumber hayati seperti minyak nabati atau lemak hewan. Karena sifat kimia biodiesel berbeda dengan petrodiesel, additive yang digunakan juga disesuaikan.
Biodiesel cenderung memiliki kelemahan seperti:
- Tingkat oksidasi yang lebih tinggi (mudah terurai)
- Titik beku yang lebih tinggi (lebih mudah membeku di suhu rendah)
- Potensi pembentukan endapan mikroba di tangki
Oleh karena itu, biodiesel additive biasanya mencakup:
- Anti-oksidan untuk memperpanjang umur simpan biodiesel
- Cold flow improvers untuk mencegah pembekuan
- Biocide untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
- Metal deactivator untuk mencegah reaksi katalitik logam
Penggunaan biodiesel additive sangat penting terutama bagi operator armada dan industri yang menggunakan campuran B20, B30, atau B100 dalam jangka panjang.
Perbedaan Utama Antara Diesel Additive dan Biodiesel Additive
Aspek | Diesel Additive | Biodiesel Additive |
---|---|---|
Jenis Bahan Bakar | Petrodiesel (berbasis minyak bumi) | Biodiesel (berbasis minyak nabati/hewan) |
Tujuan Utama | Menambah cetane, mengurangi emisi, membersihkan sistem | Meningkatkan stabilitas oksidasi, mencegah pembekuan, membunuh mikroba |
Komposisi Kimia | Cetane improver, detergents, corrosion inhibitors | Anti-oksidan, cold flow improver, biocide |
Penggunaan | Kendaraan dengan bahan bakar diesel standar | Kendaraan atau mesin dengan campuran biodiesel (B20–B100) |
Mana yang Tepat untuk Kendaraan atau Mesin Anda?
Pemilihan additive yang tepat sangat bergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan dan kebutuhan spesifik kendaraan atau mesin. Berikut ini panduan ringkasnya:
- Jika Anda menggunakan petrodiesel murni: Gunakan diesel additive untuk menjaga kebersihan injektor, memperbaiki performa mesin, dan mengurangi konsumsi bahan bakar.
- Jika Anda menggunakan biodiesel (B20, B30, B100): Gunakan biodiesel additive untuk mengatasi potensi masalah oksidasi, titik beku, dan pertumbuhan mikroba.
- Jika Anda menggunakan campuran (misalnya B30): Konsultasikan produk additive yang kompatibel untuk kedua jenis bahan bakar atau gunakan biodiesel additive yang memiliki efek ganda.
Contoh Penggunaan Nyata di Lapangan
Di Indonesia, program mandatori biodiesel seperti B30 telah diberlakukan secara nasional. Banyak perusahaan logistik dan transportasi telah melaporkan bahwa penggunaan biodiesel additive membantu menjaga performa kendaraan mereka selama musim hujan dan di daerah pegunungan yang bersuhu rendah.
Sementara itu, operator alat berat di industri pertambangan yang menggunakan petrodiesel biasa sering menggunakan diesel additive untuk mencegah kerak di sistem bahan bakar dan mengurangi konsumsi BBM hingga 5–10%.
Tips Memilih Additive Berkualitas
Memilih additive bukan hanya soal harga. Berikut beberapa tips praktis untuk memilih produk berkualitas:
- Pastikan additive telah melalui uji laboratorium dan memiliki sertifikasi (misalnya ASTM atau SNI).
- Pilih produk dari merek yang sudah dikenal di industri otomotif atau transportasi.
- Baca label dengan teliti, pastikan additive cocok dengan jenis bahan bakar Anda.
- Gunakan dosis sesuai anjuran. Penggunaan berlebih bisa berdampak negatif.
Kesimpulan
Biodiesel additive dan diesel additive adalah solusi penting untuk menjaga performa bahan bakar tetap optimal. Meski sama-sama berfungsi sebagai peningkat kualitas bahan bakar, keduanya dirancang untuk lingkungan dan karakteristik bahan bakar yang berbeda.
Penggunaan additive yang sesuai tidak hanya memperpanjang umur mesin, tetapi juga membantu menekan biaya operasional dalam jangka panjang. Dengan pemahaman yang tepat, Anda dapat menentukan additive mana yang paling cocok—baik untuk kendaraan pribadi, armada logistik, maupun mesin industri Anda.
Sumber: Grinzest